Sunday 2 October 2016

Risiko - Risiko dalam Berbisnis

A.      Pengenalan Risiko
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
1.     Identifikasinya jenis-jenis Risiko
          Risiko sering muncul pada permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan suatu investasi. Secara garis besar risiko dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu kelompok risiko nonsistematis dan kelompok risiko sistematis. Kelompok risiko nonsistematis adalah kelompok risiko yang dapat dihilangkan atau dikurangi melalui suatu diversifikasi. Risiko ini juga disebut risiko spesifik. Risiko ini dapat dihindari oleh investor dengan membuat portofolio. Contoh dari risiko ini adalah karyawan yang mogok kerja, keluhan dari kustomer, dan lain-lain. Selain itu, ada juga risiko sistematis. Kelompok risiko sistematis adalah kelompok risiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi melalui suatu diversifikasi. Risiko ini sangat berpengaruh besar di dalam dunia investasi. Biasanya risiko ini berhubungan dengan pasar atau kejadian-kejadian yang dapat secara sistematis akan mempengaruhi posisi pasar. Posisi pasar Sangat ditentukan oleh adanya perubahan dari sisi penawaran ataupun dari sisi permintaannya secara sistematis akan mempengaruhi keseimbangan pasar.

2.     Faktor –faktor penyebab timbulnya risiko
           Faktor –faktor penyebab munculnya risiko itu pada umumnya berasal dari dua sumber, yakni sumbar internal dan sumber eksternal. Sumber internal biasanya memiliki risiko lebih kecil. Hal ini dapat terjadi karena masalah internal itu umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Artinya hampir semua fakta atau data lengkap tersedia sehingga tingkat kelayakan lebih tinggi. Di pihak lain, sumber eksternal umumnya jauh diluar kendali si pembuat keputusan. contohnya antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik satu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya satu darah atau negara, kondisi suplai atau pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, dan lain-lain.

B.      Risiko dalam Pengembangan Bisnis
Seiring dengan perkembangan usaha yang biasanya diikuti dengan perubahan gaya manajemen, maka pada saat yang sama para wirausahawan dihadapkan pada berbagai risiko. Bagi sebagian wirausahawan yang memiliki keberanian dan kematangan berpikir risiko-risiko tersebut mungkin sudah diantisipasi dan dapat dilalui dengan baik. Namun bagi sebagian wirausahawan yang lain, risiko yang harus dihadapi dalam pengembangan usahanya bisa jadi dirasakan terlalu berat dan penuh ketidakpastian sehingga mereka lebih memilih untuk mempertahankan status quo. Mempertahankan status quo berarti mempertahankan keadaan sekarang yang tetap seperti keadaan sebelumnya. Pada dasarnya ada dua risiko yang dihadapi oleh para wirausahawan ketika diberikan kesempatan untuk mengembangkan usahanya. Kedua risiko tersebut adalah :

1.       Risiko Riil
Risiko riil adalah risiko yang terlihat, bisa dihitung, bisa diantisipasi dan bisa dihindari. Contoh dari risiko ini yaitu :
a.       Kehilangan modal baik yang sudah ditanam maupun yang akan ditanam.
b.      Kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.
c.       Kehilangan mata pencaharian.
d.      Kehilangan kendali atas kekuasaan karena perubahan gaya bisnis keluarga ke gaya bisnis profesional.
Dari keempat risiko yang dihadapi oleh seorang wirausaha atau pebisnis, risiko yang sering sekali terlewatkan dan tidak dipertimbangkan adalah risiko kehilangan kendali atau kekuasaan. Karena perubahan gaya bisnis keluarga ke gaya bisnis profesional. Banyak wirausahawan yang menganggap hal ini bukan sebuah risiko yang harus diperimbangkan. Banyak perusahaan yang memaksakan untuk mempertahankan gaya bisnis lama ke dalam perusahaannya. Kenyataannya, gaya ini sering kali tidak bertahan lama dan mungkin akan membawa kerugian lain (kehilangan kesempatan). Di lain pihak penerapan gaya bisnis tersebut justru membuat para profesional tidak dapat memberikan kemampuan terbaik yang mereka miliki.

2.       Risiko Psikologis
Risiko psikologis adalah risiko yang tidak terlihat, tidak bisa dihitung, bisa diantisipasi tetapi belum tentu bisa dihindarkan. Contoh dari risiko ini yaitu :
a.       Kehilangan reputasi dan risiko menanggung malu.
b.      Kehilangan kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain.
c.       Kehilangan rasa percaya diri.
d.      Kehilangan jatidiri.
e.      Kehilangan motivasi untuk berjuang.

                  Dampak dari pengambilan risiko tersebut adalah perusahaan yang lamban berkembang dan sumber daya yang ada menjadi tidak efisien. Revenue perusahaan tetap tetapi cost menjadi lebih tinggi area adanya investasi baru dan menyebabkan menurunnya keuntungan. Selain itu, para pekerja menjadi bingung karena banyak keputusan yang ambivalen dan tidak jelas arahnya sesuai dengan kebingungan dan ketidakjelasan sikap wirausahawan. Ibaratnya, perusahaan menjadi sebuah mobil mewah dengan kapasitas 4000 cc dengan harga beli miliaran tetapi hanya bisa digunakan beberapa kali saja saat liburan karena beban biaya untuk digunakan di Jakarta ketika jam bubaran kantor di tengah hujan rintik sangat tinggi. Akibatnya si pemilik akan mengencangkan ikat pinggang dan berusaha menekan pengeluaran lain, biasanya pengeluaran variabel, seperti gaji, fasilitas, dan logistik demi mempertahankan cash-flownya. Keuntungan akan menjadi kerugian dan pemilik akan merasa kelelahan sendiri karena bekerja lebih keras hanya untuk menutupi biaya yang bertambah besar itu.

                  Wirausahawan sangat sulit untuk menyerahkan perusahaan kepada para profesionalnya. Hal ini dikarenakan banyak diantara mereka mereka merasa frustrasi dengan para profesional yang sering kali bersikap arogan dan tidak nyambung dengan kebutuhan, visi dan misi si wirausahawan. Frustasipara pemilik ini lalu dilontarkan sebagai keluhan bahwa mencari manajer atau orang yang tepat sangat sulit, apalagi mencari orang yang memiliki profesionalnya yang tinggi. Banyak sekali keluhan yang biasanya dilontarkan oleh para pengusaha. Sebagai contoh “Kita bukannya tidak mau memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada para profesional tetapi tolonglah carikan orang yang tepat. Kita sering kecewa dengan manager kita”. “Ah, sulit untuk berbisnis besar di Indonesia karena kualitas sumber daya manusianya begitu rendah sehingga tidak mungkin produktivitas itu tinggi”. “Yang paling bikin susah punya bisnis di Indonesia adalah urusan ketenaga-kerjaan; susah sekali mengatur orang, sudah malas, bodoh, tidak mau mengerti, bisanya hanya menuntut, dan harus diatur dengan keras karena sering sekali diberi hati malah minta ampela”.

3.       Langkah Pencegahan

Keluhan-keluhan seperti yang disebutkan diatas tidak perlu terjadi jika wirausahawan sudah mempersiapkan infrastruktur sumber daya manusia sejak keputusan pengembangan perusahaan dibuat. Seperti halnya dalam perencanaan keuangan, sumber daya ini harus dibuat secara rinci dan jelas mengikuti rencana pengembangan perusahaan. Hal hal yang harus dipikirkan adalah arah pengembangan perusahaan, ruang lingkup dan fungsi sumber daya manusia yang dibutuhkan, kualitas yang sesuai dengan visi dan keadaan perusahaan, wewenang dan tanggung jawab yang dia akan miliki, jenis kepribadian yang sesuai dengan perusahaan dan wirausahawan, dan sebagainya.

Dalam kenyataannya, perencanaan SDM ini jarang dilakukan oleh para wirausaha bahkan sering kali dilupakan. Hal yang lebih sering terjadi adalah SDM baru dicari pada saat dibutuhkan. Sehingga proses pencarian profesional sering kali tidak efektif. Karena dilakukan Teresa-gesa dan tanpa perencanaan yang matang. Penempatan para profesional di dalam perusahaan menjadi proses “tambal sulam”. Maka dari itu perencanaan sumber daya sangatlah penting bagi seorang wirausahawan. Agar keberhasilan kegiatan tersebut terjamin. Sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian, baik waktu maupun uang.

C.  Manajemen Risiko
   Data merupakan kunci utama dalam pembuatan suatu keputusan. Artinya, setiap orang yang akan membuat suatu keputusan harus didukung oleh data atau fakta. Dengan kata lain, seorang yang akan membuat keputusan hendaknya tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kecuali faktor yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Untuk itu seseorang yang akan membuat suatu keputusan harus melalu tehnik dan prosedur tertentu. Tujuannya yaitu, agar terhindar dari penggunaan data atau anggapan yang tidak berhubungan langsung dengan masalah. Juga  mudah untuk ditelusuri kembali dimana letak kesalahannya jika hasil melenceng dari apa yang diharapkan. Berikut adalah proses pengambilan keputusan itu dimulai dengan menetapkan secara jelas apa yang menjadi masalahnya, kemudian mengumpulkan fakta-fakta yang diduga ada hubungan dengan masalah yang ditetapkan. Selanjutnya fakta fakta tadi adalah agar dapat menjadi informasi yang berguna, menetapkan beberapa alternatif pemecahan, memilih alternatif yang paling tepat baru kemudian memutuskan apa yang hendak dilakukan serta akhirnya menilai hasil yang dicapai dari keputusan yang dibuat.


Sumber: Drs.Mardiyatmo (Alm.).2008.Kewirausahaan Untuk Kelas X SMK.Jakarta.Yudhistira.

No comments:

Post a Comment