A.
Pengenalan
Risiko
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,
membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
1.
Identifikasinya
jenis-jenis Risiko
Risiko sering muncul pada permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan suatu
investasi. Secara garis besar risiko dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu kelompok risiko nonsistematis dan
kelompok risiko sistematis. Kelompok risiko nonsistematis adalah kelompok
risiko yang dapat dihilangkan atau dikurangi melalui suatu diversifikasi.
Risiko ini juga disebut risiko spesifik. Risiko ini dapat dihindari oleh
investor dengan membuat portofolio. Contoh dari risiko ini adalah karyawan yang
mogok kerja, keluhan dari kustomer, dan lain-lain. Selain itu, ada juga risiko
sistematis. Kelompok risiko sistematis adalah kelompok risiko yang tidak dapat
dihilangkan atau dikurangi melalui suatu diversifikasi. Risiko ini sangat
berpengaruh besar di dalam dunia investasi. Biasanya risiko ini berhubungan
dengan pasar atau kejadian-kejadian yang dapat secara sistematis akan
mempengaruhi posisi pasar. Posisi pasar Sangat ditentukan oleh adanya perubahan
dari sisi penawaran ataupun dari sisi
permintaannya secara sistematis akan mempengaruhi keseimbangan pasar.
2.
Faktor –faktor penyebab timbulnya risiko
Faktor –faktor penyebab munculnya
risiko itu pada umumnya berasal dari dua sumber, yakni sumbar internal dan
sumber eksternal. Sumber internal biasanya memiliki risiko lebih kecil. Hal ini
dapat terjadi karena masalah internal itu umumnya lebih mudah untuk
dikendalikan dan bersifat pasti. Artinya hampir semua fakta atau data lengkap
tersedia sehingga tingkat kelayakan lebih tinggi. Di pihak lain, sumber eksternal
umumnya jauh diluar kendali si pembuat keputusan. contohnya antara lain muncul
dari pasar, ekonomi, politik satu negara, perkembangan teknologi, perubahan
sosial budaya satu darah atau negara, kondisi suplai atau pemasok, kondisi
geografi dan kependudukan, dan lain-lain.
B.
Risiko dalam
Pengembangan Bisnis
Seiring dengan perkembangan usaha yang biasanya diikuti dengan perubahan
gaya manajemen, maka pada saat yang sama para wirausahawan dihadapkan pada
berbagai risiko. Bagi sebagian wirausahawan yang memiliki keberanian dan
kematangan berpikir risiko-risiko tersebut mungkin sudah diantisipasi dan dapat
dilalui dengan baik. Namun bagi sebagian wirausahawan yang lain, risiko yang
harus dihadapi dalam pengembangan usahanya bisa jadi dirasakan terlalu berat
dan penuh ketidakpastian sehingga mereka lebih memilih untuk mempertahankan
status quo. Mempertahankan status quo berarti mempertahankan keadaan
sekarang yang tetap seperti keadaan sebelumnya. Pada dasarnya ada dua risiko yang dihadapi
oleh para wirausahawan ketika diberikan kesempatan untuk mengembangkan
usahanya. Kedua risiko tersebut adalah :
1.
Risiko Riil
Risiko riil adalah risiko yang terlihat, bisa dihitung, bisa diantisipasi
dan bisa dihindari. Contoh dari risiko ini yaitu :
a.
Kehilangan
modal baik yang sudah ditanam maupun yang akan ditanam.
b.
Kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.
c.
Kehilangan mata
pencaharian.
d.
Kehilangan
kendali atas kekuasaan karena perubahan gaya bisnis keluarga ke gaya bisnis
profesional.
Dari keempat risiko yang dihadapi oleh seorang wirausaha atau pebisnis,
risiko yang sering sekali terlewatkan dan tidak dipertimbangkan adalah risiko
kehilangan kendali atau kekuasaan. Karena perubahan gaya bisnis keluarga ke
gaya bisnis profesional. Banyak wirausahawan yang menganggap hal ini bukan
sebuah risiko yang harus diperimbangkan. Banyak perusahaan yang memaksakan
untuk mempertahankan gaya bisnis lama ke dalam perusahaannya. Kenyataannya,
gaya ini sering kali tidak bertahan lama dan mungkin akan membawa kerugian lain
(kehilangan kesempatan). Di lain pihak penerapan gaya bisnis tersebut justru
membuat para profesional tidak dapat memberikan kemampuan terbaik yang mereka
miliki.
2.
Risiko
Psikologis
Risiko psikologis adalah risiko yang tidak terlihat, tidak bisa dihitung,
bisa diantisipasi tetapi belum tentu bisa dihindarkan. Contoh dari risiko ini
yaitu :
a.
Kehilangan
reputasi dan risiko menanggung malu.
b.
Kehilangan
kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain.
c.
Kehilangan rasa
percaya diri.
d.
Kehilangan
jatidiri.
e.
Kehilangan
motivasi untuk berjuang.
Dampak
dari pengambilan risiko tersebut adalah perusahaan yang lamban berkembang dan
sumber daya yang ada menjadi tidak efisien. Revenue perusahaan tetap tetapi cost
menjadi lebih tinggi area adanya investasi baru dan menyebabkan menurunnya
keuntungan. Selain itu, para pekerja menjadi bingung karena banyak keputusan
yang ambivalen dan tidak jelas arahnya sesuai dengan kebingungan dan ketidakjelasan
sikap wirausahawan. Ibaratnya, perusahaan menjadi sebuah mobil mewah dengan
kapasitas 4000 cc dengan harga beli miliaran tetapi hanya bisa digunakan
beberapa kali saja saat liburan karena beban biaya untuk digunakan di Jakarta
ketika jam bubaran kantor di tengah hujan rintik sangat tinggi. Akibatnya si
pemilik akan mengencangkan ikat pinggang dan berusaha menekan pengeluaran lain,
biasanya pengeluaran variabel, seperti gaji, fasilitas, dan logistik demi
mempertahankan cash-flownya. Keuntungan akan menjadi kerugian dan pemilik akan
merasa kelelahan sendiri karena bekerja lebih keras hanya untuk menutupi biaya
yang bertambah besar itu.
Wirausahawan sangat
sulit untuk menyerahkan perusahaan kepada para profesionalnya. Hal ini
dikarenakan banyak diantara mereka mereka merasa frustrasi dengan para
profesional yang sering kali bersikap arogan dan tidak nyambung dengan
kebutuhan, visi dan misi si wirausahawan. Frustasipara pemilik ini lalu dilontarkan
sebagai keluhan bahwa mencari manajer atau orang yang tepat sangat sulit,
apalagi mencari orang yang memiliki profesionalnya yang tinggi. Banyak sekali
keluhan yang biasanya dilontarkan oleh para pengusaha. Sebagai contoh “Kita
bukannya tidak mau memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada para
profesional tetapi tolonglah carikan orang yang tepat. Kita sering kecewa
dengan manager kita”. “Ah, sulit untuk berbisnis besar di Indonesia karena
kualitas sumber daya manusianya begitu rendah sehingga tidak mungkin produktivitas
itu tinggi”. “Yang paling bikin susah punya bisnis di Indonesia adalah urusan
ketenaga-kerjaan; susah sekali mengatur orang, sudah malas, bodoh, tidak mau
mengerti, bisanya hanya menuntut, dan harus diatur dengan keras karena sering
sekali diberi hati malah minta ampela”.
3.
Langkah
Pencegahan
Keluhan-keluhan seperti yang disebutkan diatas tidak perlu terjadi jika
wirausahawan sudah mempersiapkan infrastruktur sumber daya manusia sejak
keputusan pengembangan perusahaan dibuat. Seperti halnya dalam perencanaan
keuangan, sumber daya ini harus dibuat secara rinci dan jelas mengikuti rencana
pengembangan perusahaan. Hal hal yang harus dipikirkan adalah arah pengembangan
perusahaan, ruang lingkup dan fungsi sumber daya manusia yang dibutuhkan,
kualitas yang sesuai dengan visi dan keadaan perusahaan, wewenang dan tanggung
jawab yang dia akan miliki, jenis kepribadian yang sesuai dengan perusahaan dan
wirausahawan, dan sebagainya.
Dalam kenyataannya, perencanaan SDM ini jarang dilakukan oleh para
wirausaha bahkan sering kali dilupakan. Hal yang lebih sering terjadi adalah
SDM baru dicari pada saat dibutuhkan. Sehingga proses pencarian profesional sering
kali tidak efektif. Karena dilakukan Teresa-gesa dan tanpa perencanaan yang
matang. Penempatan para profesional di dalam perusahaan menjadi proses “tambal
sulam”. Maka dari itu perencanaan sumber daya sangatlah penting bagi seorang
wirausahawan. Agar keberhasilan kegiatan tersebut terjamin. Sehingga perusahaan
tidak mengalami kerugian, baik waktu maupun uang.
C. Manajemen Risiko
Data
merupakan kunci utama dalam pembuatan suatu keputusan. Artinya, setiap orang
yang akan membuat suatu keputusan harus didukung oleh data atau fakta. Dengan kata
lain, seorang yang akan membuat keputusan hendaknya tidak dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Kecuali faktor yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Untuk itu
seseorang yang akan membuat suatu keputusan harus melalu tehnik dan prosedur
tertentu. Tujuannya yaitu, agar terhindar dari penggunaan data atau anggapan yang
tidak berhubungan langsung dengan masalah. Juga mudah untuk ditelusuri kembali dimana letak
kesalahannya jika hasil melenceng dari apa yang diharapkan. Berikut adalah
proses pengambilan keputusan itu dimulai dengan menetapkan secara jelas apa
yang menjadi masalahnya, kemudian mengumpulkan fakta-fakta yang diduga ada
hubungan dengan masalah yang ditetapkan. Selanjutnya fakta fakta tadi adalah
agar dapat menjadi informasi yang berguna, menetapkan beberapa alternatif pemecahan,
memilih alternatif yang paling tepat baru kemudian memutuskan apa yang hendak
dilakukan serta akhirnya menilai hasil yang dicapai dari keputusan yang dibuat.
Sumber:
Drs.Mardiyatmo (Alm.).2008.Kewirausahaan Untuk Kelas X SMK.Jakarta.Yudhistira.
No comments:
Post a Comment