Monday 3 October 2016

Lingkungan Lingkungan yang Mempengaruhi Bisnis

Lingkungan wirausahawan dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Lingkungan yang dihadapi wirausahawan ketika akan mengambil keputusan dapat dipisahkan menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal adalah sumber daya manusia dan fisik yang mempengaruhi bisnis secara langsung. Contoh dari lingkungan adalah Lingkungan di dalam organisasi, Divisi organisasi, persamaan visi dan misi anggota organisasi.
Masalah yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan dari lingkungan  di dalam organisasi adalah latar belakang keterampilan pendidikan dan teknologi wirausahawan serta anggota organisasi lainnya, keterampilan manajerial yang dimiliki wirausahawan dan anggota organisasi lainnya, keterlibatan dan komitmen anggota individu dalam mencapai tujuan organisasi, dan model komunikasi antar anggota organisasi. Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh divisi organisasi. Biasanya masalah tersebut terkait dengan jenis teknologi yang dimanfaatkan, independensi antar bagian atau antar divisi, juga konflik antar divisi dalam organisasi. Persamaan visi dan misi anggota organisasi juga mempengaruhi pengambilan keputusan contohnya tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, proses yang meleburkan individu ke dalam kelompok organisasi untuk turut memberikan sumbangan dalam pengambilan keputusan.
Selain lingkungan internal, ada pun lingkungan eksternal yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Contohnya dari pihak lain yang memanfaatkan output organisasi, yaitu distributor produk atau jasa dan pemakai produk dan jasa (konsumen). Hukum yang berlaku juga menjadi contoh dari lingkungan eksternal, yaitu hukum konstitusi, hukum adat, kompetitor, keadaan sosial politik, komponen teknologi (memenuhi kebutuhan teknologi baru, perbaikan dan pengembangan produk). Lingkungan eksternal dibagi dua yaitu lingkung eksternal khusus dan lingkungan eksternal umum. Lingkungan Eksternal Khusus adalah lingkungan yang secara langsung relevan mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan Eksternal Umum adalah Lingkungan yang tidak terlalu mempengaruhi kinerja perusahaan secara langsung.

Lingkungan Mikro, dimana dalam sebuah perusahaan dapat melakukan aksi – reaksi terhadap faktor – faktor penentu Opportunty (peluang pasar) dan juga Threat (ancaman dari luar). Faktor – faktor yang mempengaruhi, yaitu Pemerintah,pemegang saham(shareholders),kreditor,pesaing, Publik, perantara, pemasok dan konsumen. Lingkungan Makro, dimana perusahaan hanya dapat merespon lingkungan di luar perusahaan.Faktor – faktor yang mempengaruhi : Lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan politik hukum (pemerintahan), lingkungan sosial kultur, lingkungan global, lingkungan bisnis, teknologi dan informasi.

Sumber: Drs.Mardiyatmo (Alm.).2008.Kewirausahaan Untuk Kelas X SMK.Jakarta.Yudhistira.

Isu - Isu Terkini dalam Bisnis Kontemporer (Modern)

1.       Apa yang Dimaksud dengan Bisnis?
Bisnis adalah mencakup segala kegiatan danusaha untuk mendapatkan keuntungan yang menyediakan barang dan jasa yang diperlukan pada suatu sistem ekonomi. Beberapa bisnis memproduksi barang nyata misalanya mobil, sereal, dan pemutar musik digital. Bisnis menggerakkan denyut nadi perekonomian sebuah negara. Bisnis juga menyediakan sarana untuk meningkatkan standar hidup warganya. Inti dari segala upaya bisnis adalah pertukaran antara penjual dan pembeli. Pembeli akan menyadari kebutuhan akan suatu barang atau jasa dan menukarkan uang dengan harapan memperoleh produk tersebut. Penjual akan berpartisipasi dalam proses ini dengan harapan memperoleh keuntungan dan hal itu merupakan komponen utama dalam mencapai tujuan yang diperlukan untuk peningkatan standar hidup berkelanjutan. Keuntungan adalah imbalan bagi pelaku bisnis yang mengambil risiko dalam memadukan manusia, teknologi dan informasi untuk menciptakan dan memasarkan barang serta jasa sebagai pemenuhan kebutuhan.
·         Organisasi Nirlaba
Organisari nirlaba/nonprofit adalah organisasi mirip bisnis yang tujuan utamanya bukan mengembalikan keuntungan kepada pemilik mereka. Organisasi organisasi ini berperan penting di masyarakat dengan menempatkan pelayanan publik di atas keuntungan, meski penting untuk dipahami bahwa organisasi-organisasi ini perlu mengumpulkan dana agar dapat beroperasi dan mencapai tujuan sosial mereka. Contoh dari organisasi Nirlaba adalah Departemen Atletik Ohio State, Kantor Pos AS, dan Asosiasi Jantung Amerika, serta perpustakaan di daerah sekitar kita. Organisasi nirlaba di sektor swasta mencakup museum, perpustakaan, serikat dagang serta lembaga amal dan keagamaan. Lembaga pemerintah, partai politik dan serikat pekerja, semuanya merupakan bagian dari sektor publik, juga diklasifikasikan sebagai organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba merupakan bagian penting dari perekonomian AS. Sekarang ini sebanyak 1,5 juta oerganisasi nirlaba terdaftar di Departemen Pajak Amerika Serikat, dengan kategori beragam, mulai dari seni dan sains hingga teknologi dan sains. Meskipun organisasi nirlaba berfokus pada tujuan selain menghasilkan keuntungan, para manajer organisasi nirlaba menghadapi tantangan yang serupa dengan yang dihadapi oleh para eksekutif perusahaan pencari keuntungan.
·         Faktor –Faktor Produksi
Suatu sistem ekonomi membutuhkan input tertentu agar berhasil beroperasi. Kalangan ekonom menggunakan istilah faktor-faktor produksi untuk menyebut empat input dasar: sumber daya alam, modal, sumber daya manusia, dan kewirausahaan. Sumber daya alam (natural resources) mencakup sehala input produksi yang berguna dalam kondisi alamiahnya, misalnya lahan pertanian, lahan bangunan, hutan, dan cadangan mineral. Modal (capital) adalah sumber daya penting lainnya, meliputi teknologi, peralatan, informasi, dan fasilitas fisik. Sumber daya manusia (human resources) merupakan input penting lainnya di setiap sistem ekonomi. Sumber daya manusia meliputi, semua orang yang bekerja, mulai dai CEO perusahaan hingga entrepreneur. Kewirausahaan  adalah kemauan untuk mengambil resiko untuk menciptakan dan menjalankan bisnis. Seorang wirausaha adalah seseorang yang melihat peluang yang berpotensi menguntungkan dan kemudian membuat rencana untuk mencapai kesuksesan dipasar dan meraih keuntungan tersebut.

2.       Sistem Perusahaan Swasta
a.       Hak-hak Dasar dalam Sistem Perusahaan Swasta
Hak-hak ini meliputi hak-hak kepemilikan pribadi, keuntungan, kebebasan memilih dan kompetisi. Hak kepemilikan pribadi merupakan kebebasan yang paling mendasar dalam sistem perusahaan swasta. Setiap partisipan dalam sistem ini berhak memiliki, menggunakan, membeli, menjual, mewariskan sebagian besar bentuk kepemilikan, termasuk tanah bangunan, mesin, peralatan, hak paten atas penemuan harta milik pribadi dan properti. Sistem perusahaan swasta juga menjamin bahwa pemilik perusahaan berhak atas segala keuntungan setelah dipotong pajak yang mereka raih melalui aktivitas mereka. Meskipun sebuah perusahaan tidak dijamin memperoleh keuntungan, pemiliknya berhak secara hukum dan etis atas segala penghasilan yang dihasilkan oleh perudahaan sebagai kelebihan biayanya. Kebebasan memilih berarti bahwa sistem perusahaan swasta bergantung pada potensi warganya untuk memilih pekerjaan, jual-beli, dan investasi mereka sendiri. Sistem perusahaan swasta juga memperbolehkan kompetisi secara adil dengan cara mengizinkan masyarakat untuk menetapkan seperangkat aturan untuk kegiatan kompetitif.
b.      Kewirausahaan Alternatif
Semangat kewirausahaan merupakan penggerak denyut nadi sistem perusahaan swasta. Seorang wirausaha adalah pengambil risiko dalam sistem perusahaan swasta. Semangat kewirausahaan menjadi bahan bakar pertumbuhan ekonomi AS. Dasi reluruh perusahaan yang beroperasi di Amerika Serikat, sekitar satu dari tujuh perusahaaan mulai beroperasi tahun lalu. Perusahaan-perusahaan yang baru berdiri ini kiha merupakan sumber lapangan kerja bari di negara ini. Selain menciptakan lapangan pekerjaan dan menjual produk, kewirausahaan memberikan manfaat inovasi. Kewirausahaan juga penting bagi perusahaan perusahaan yang sudah ada dalam sistem perusahaan swasta. Semakin banyak perusahaan menyadari nilai pemikiran kewirausahaan di kalangan pegawai mereka, dengan harapan dapat memperoleh manfaat dari pengayaan fleksibilitas, peningkatan inovasi dan peluang pasar baru.
3.       Enam Periode Sejarah Bisnis
a.       Kolonial ->Karakteristiknya sebagian besar agrikultural -> Periode 1776.
b.      Revolusi Industri -> Karakteristiknya produksi massal oleh pekerja semiterampil, dibantu mesin -> periode 1760-1850
c.       Wirausaha industri -> Karakteristiknya Kemajuan teknologi dan kenaikan permintaan barang barang manufaktur, membuka peluang besar bagi wirausaha -> Periode Akhir 1800-an
d.      Produksi -> Karakteristiknya penekanan pada produksi lebih banyak barang secara lebih cepat, membuka inovasi produksi seperti lini perakitan -> Periode Sepanjang 1920-an
e.      Pemasaran -> Karateristiknya orientasi konsumen upaya untuk memahami serta memuaskan kebutuhan dan selera kelompok konsumen -> Periode sejak 1950-an
f.        Hubungan -> Karakteristiknya manfaat diraih dari hubungan yang mendalam dan berkelanjutan dengan individu konsumen, pegawai, pemasok, dan perusahaan lain -> Periode dimulai sejak 1990-an.

4.       Manajer Abad ke-21
Perusahaan –perusahaan dewasa ini mencari para manajer yang cerdas dan bermotivasi tinggi dengan kemampuan menciptakan dan memelihara visi tentang bagaimana suatu perusahaan dapat berhasil. Manajer abad ke-21 juga harus menerapkan keahlian berpikir kritis dan kreativitas terhadap tantangan bisnis dan memimpin perubahan.
a)    Pentingnya Visi
Agar berhasil pada abad ke-21 ini, pelaku bisnis memerlukan visi yaitu kemampuan untuk melihat kebutuhan pasar dan apa yang harus dilakukan sebuah organisasi untuk memenuhinya.

b)   Pentingnya Pemikiran Kritis dan Kreativitas
Pemikiran kritis dan kreativitas merupaan ciri penting tenaga kerja abad ke-21. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis  dan menilai informasi untuk menemukan masalah atau peluang. Proses berpikir kritis meliputi berbagai kegiatan, seperti menentukan keaslian, akurasi, atau nilai informasi, pengetahuan dan argumentasi. Proses ini melibatkan cara pandag terhadap apa yang ada dibawah permukaan dari suatu permasalahan untuk mengetahui makna lebih dalam dan hubungan-hubungan yang dapat membantu mengidentifikasikan isu-isu dan solusi penting. Tanpa pemikiran kritis, sebuah perusahaan dapat menghadapi masalah serius
Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan solusi baru bagi masalah organisasi yang tampak. Meskipun kebanyakan orang mengidentikkannya dengan penulis, seniman, musisi dan penemu, definisi seperti itu amat sempit. Dalam bisnis, kreativitas berarti kemampuan melihat cara-cara yang lebih baik dan berbeda dalam menjalankan bisnis. Seorang pemogram komputer yang memecahkan masalah perangkat lunak pada dasarnya telah melakukan tindakan kreatif. Begitu pula pegawai pengiriman yang menemukan cara untuk mempercepat pengiriman paket perusahaan yang dikirim malam hari. Terkadang situasi menuntut kepemimpinan yang kratif.

5.       Etika Bisnis

Etika adalah kumpulan prinsip atau standar tingkahlaku manusia yang mengatur perilaku individu dan kelompok. Kebanyakan dari kita dapat mengingat perilaku etis yang pernah kita lihat dalam bisnis. Seperti Ronald McDonald Houses yang membantu anak-anak yang sakit. Sumbangan Bill and Melinda Gates Foundation untuk memberantas penyakit, seperti malaria di kawasan miskin di dunia. Namun, kita juga ingat akan perilaku tidak etis yang banyak dipublikasikan, seperti polusi yang disengaja, iklan yang menipu, dan penipuan finansial yang merugikan publik jutaan dollar dan memenjarakan para eksekutif puncak. Skandal akuntansi baru baru ini melatarbelakangi undang-undang baru yang bertujuan mencegah perilaku semacam itu dimasa depan.

Sumber : Louis E. Boone/David L. Kurtz.Pengantar Bisnis Kontemporer Edisi 13.Jakarta.Salemba Empat

Sunday 2 October 2016

Risiko - Risiko dalam Berbisnis

A.      Pengenalan Risiko
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
1.     Identifikasinya jenis-jenis Risiko
          Risiko sering muncul pada permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan suatu investasi. Secara garis besar risiko dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu kelompok risiko nonsistematis dan kelompok risiko sistematis. Kelompok risiko nonsistematis adalah kelompok risiko yang dapat dihilangkan atau dikurangi melalui suatu diversifikasi. Risiko ini juga disebut risiko spesifik. Risiko ini dapat dihindari oleh investor dengan membuat portofolio. Contoh dari risiko ini adalah karyawan yang mogok kerja, keluhan dari kustomer, dan lain-lain. Selain itu, ada juga risiko sistematis. Kelompok risiko sistematis adalah kelompok risiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi melalui suatu diversifikasi. Risiko ini sangat berpengaruh besar di dalam dunia investasi. Biasanya risiko ini berhubungan dengan pasar atau kejadian-kejadian yang dapat secara sistematis akan mempengaruhi posisi pasar. Posisi pasar Sangat ditentukan oleh adanya perubahan dari sisi penawaran ataupun dari sisi permintaannya secara sistematis akan mempengaruhi keseimbangan pasar.

2.     Faktor –faktor penyebab timbulnya risiko
           Faktor –faktor penyebab munculnya risiko itu pada umumnya berasal dari dua sumber, yakni sumbar internal dan sumber eksternal. Sumber internal biasanya memiliki risiko lebih kecil. Hal ini dapat terjadi karena masalah internal itu umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Artinya hampir semua fakta atau data lengkap tersedia sehingga tingkat kelayakan lebih tinggi. Di pihak lain, sumber eksternal umumnya jauh diluar kendali si pembuat keputusan. contohnya antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik satu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya satu darah atau negara, kondisi suplai atau pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, dan lain-lain.

B.      Risiko dalam Pengembangan Bisnis
Seiring dengan perkembangan usaha yang biasanya diikuti dengan perubahan gaya manajemen, maka pada saat yang sama para wirausahawan dihadapkan pada berbagai risiko. Bagi sebagian wirausahawan yang memiliki keberanian dan kematangan berpikir risiko-risiko tersebut mungkin sudah diantisipasi dan dapat dilalui dengan baik. Namun bagi sebagian wirausahawan yang lain, risiko yang harus dihadapi dalam pengembangan usahanya bisa jadi dirasakan terlalu berat dan penuh ketidakpastian sehingga mereka lebih memilih untuk mempertahankan status quo. Mempertahankan status quo berarti mempertahankan keadaan sekarang yang tetap seperti keadaan sebelumnya. Pada dasarnya ada dua risiko yang dihadapi oleh para wirausahawan ketika diberikan kesempatan untuk mengembangkan usahanya. Kedua risiko tersebut adalah :

1.       Risiko Riil
Risiko riil adalah risiko yang terlihat, bisa dihitung, bisa diantisipasi dan bisa dihindari. Contoh dari risiko ini yaitu :
a.       Kehilangan modal baik yang sudah ditanam maupun yang akan ditanam.
b.      Kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.
c.       Kehilangan mata pencaharian.
d.      Kehilangan kendali atas kekuasaan karena perubahan gaya bisnis keluarga ke gaya bisnis profesional.
Dari keempat risiko yang dihadapi oleh seorang wirausaha atau pebisnis, risiko yang sering sekali terlewatkan dan tidak dipertimbangkan adalah risiko kehilangan kendali atau kekuasaan. Karena perubahan gaya bisnis keluarga ke gaya bisnis profesional. Banyak wirausahawan yang menganggap hal ini bukan sebuah risiko yang harus diperimbangkan. Banyak perusahaan yang memaksakan untuk mempertahankan gaya bisnis lama ke dalam perusahaannya. Kenyataannya, gaya ini sering kali tidak bertahan lama dan mungkin akan membawa kerugian lain (kehilangan kesempatan). Di lain pihak penerapan gaya bisnis tersebut justru membuat para profesional tidak dapat memberikan kemampuan terbaik yang mereka miliki.

2.       Risiko Psikologis
Risiko psikologis adalah risiko yang tidak terlihat, tidak bisa dihitung, bisa diantisipasi tetapi belum tentu bisa dihindarkan. Contoh dari risiko ini yaitu :
a.       Kehilangan reputasi dan risiko menanggung malu.
b.      Kehilangan kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain.
c.       Kehilangan rasa percaya diri.
d.      Kehilangan jatidiri.
e.      Kehilangan motivasi untuk berjuang.

                  Dampak dari pengambilan risiko tersebut adalah perusahaan yang lamban berkembang dan sumber daya yang ada menjadi tidak efisien. Revenue perusahaan tetap tetapi cost menjadi lebih tinggi area adanya investasi baru dan menyebabkan menurunnya keuntungan. Selain itu, para pekerja menjadi bingung karena banyak keputusan yang ambivalen dan tidak jelas arahnya sesuai dengan kebingungan dan ketidakjelasan sikap wirausahawan. Ibaratnya, perusahaan menjadi sebuah mobil mewah dengan kapasitas 4000 cc dengan harga beli miliaran tetapi hanya bisa digunakan beberapa kali saja saat liburan karena beban biaya untuk digunakan di Jakarta ketika jam bubaran kantor di tengah hujan rintik sangat tinggi. Akibatnya si pemilik akan mengencangkan ikat pinggang dan berusaha menekan pengeluaran lain, biasanya pengeluaran variabel, seperti gaji, fasilitas, dan logistik demi mempertahankan cash-flownya. Keuntungan akan menjadi kerugian dan pemilik akan merasa kelelahan sendiri karena bekerja lebih keras hanya untuk menutupi biaya yang bertambah besar itu.

                  Wirausahawan sangat sulit untuk menyerahkan perusahaan kepada para profesionalnya. Hal ini dikarenakan banyak diantara mereka mereka merasa frustrasi dengan para profesional yang sering kali bersikap arogan dan tidak nyambung dengan kebutuhan, visi dan misi si wirausahawan. Frustasipara pemilik ini lalu dilontarkan sebagai keluhan bahwa mencari manajer atau orang yang tepat sangat sulit, apalagi mencari orang yang memiliki profesionalnya yang tinggi. Banyak sekali keluhan yang biasanya dilontarkan oleh para pengusaha. Sebagai contoh “Kita bukannya tidak mau memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada para profesional tetapi tolonglah carikan orang yang tepat. Kita sering kecewa dengan manager kita”. “Ah, sulit untuk berbisnis besar di Indonesia karena kualitas sumber daya manusianya begitu rendah sehingga tidak mungkin produktivitas itu tinggi”. “Yang paling bikin susah punya bisnis di Indonesia adalah urusan ketenaga-kerjaan; susah sekali mengatur orang, sudah malas, bodoh, tidak mau mengerti, bisanya hanya menuntut, dan harus diatur dengan keras karena sering sekali diberi hati malah minta ampela”.

3.       Langkah Pencegahan

Keluhan-keluhan seperti yang disebutkan diatas tidak perlu terjadi jika wirausahawan sudah mempersiapkan infrastruktur sumber daya manusia sejak keputusan pengembangan perusahaan dibuat. Seperti halnya dalam perencanaan keuangan, sumber daya ini harus dibuat secara rinci dan jelas mengikuti rencana pengembangan perusahaan. Hal hal yang harus dipikirkan adalah arah pengembangan perusahaan, ruang lingkup dan fungsi sumber daya manusia yang dibutuhkan, kualitas yang sesuai dengan visi dan keadaan perusahaan, wewenang dan tanggung jawab yang dia akan miliki, jenis kepribadian yang sesuai dengan perusahaan dan wirausahawan, dan sebagainya.

Dalam kenyataannya, perencanaan SDM ini jarang dilakukan oleh para wirausaha bahkan sering kali dilupakan. Hal yang lebih sering terjadi adalah SDM baru dicari pada saat dibutuhkan. Sehingga proses pencarian profesional sering kali tidak efektif. Karena dilakukan Teresa-gesa dan tanpa perencanaan yang matang. Penempatan para profesional di dalam perusahaan menjadi proses “tambal sulam”. Maka dari itu perencanaan sumber daya sangatlah penting bagi seorang wirausahawan. Agar keberhasilan kegiatan tersebut terjamin. Sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian, baik waktu maupun uang.

C.  Manajemen Risiko
   Data merupakan kunci utama dalam pembuatan suatu keputusan. Artinya, setiap orang yang akan membuat suatu keputusan harus didukung oleh data atau fakta. Dengan kata lain, seorang yang akan membuat keputusan hendaknya tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kecuali faktor yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Untuk itu seseorang yang akan membuat suatu keputusan harus melalu tehnik dan prosedur tertentu. Tujuannya yaitu, agar terhindar dari penggunaan data atau anggapan yang tidak berhubungan langsung dengan masalah. Juga  mudah untuk ditelusuri kembali dimana letak kesalahannya jika hasil melenceng dari apa yang diharapkan. Berikut adalah proses pengambilan keputusan itu dimulai dengan menetapkan secara jelas apa yang menjadi masalahnya, kemudian mengumpulkan fakta-fakta yang diduga ada hubungan dengan masalah yang ditetapkan. Selanjutnya fakta fakta tadi adalah agar dapat menjadi informasi yang berguna, menetapkan beberapa alternatif pemecahan, memilih alternatif yang paling tepat baru kemudian memutuskan apa yang hendak dilakukan serta akhirnya menilai hasil yang dicapai dari keputusan yang dibuat.


Sumber: Drs.Mardiyatmo (Alm.).2008.Kewirausahaan Untuk Kelas X SMK.Jakarta.Yudhistira.