Dalam menghadapi MEA, Pemerintah Indonesia
menyiapkan respon kebijakan yang berkaitan dengan Pengembangan Industri
Nasional, Pengembangan Infrastruktur, Pengembangan Logistik, Pengembangan
Investasi, dan Pengembangan Perdagangan (www.fiskal.depkeu.go.id).
Selain hal tersebut masing-masing Kementrian dan Lembaga berusaha
mengantisipasi MEA dengan langkah-langkah strategis.
Dalam rangka menghadapi MEA,
pemerintah berusaha mengubah kebijakan yang lebih mengarah ke
kewirausahaan dengan mengedepankan kepentingan nasional. Pemerintah juga sudah mengganti kebijakan dalam bidang pendidikan, perindustrian dan perdagangan agar negara Indonesia dapat mengatasi masalah masalah yang timbul akibat MEA.
Dalam
bidang pendidikan, Pemerintah juga dapat melakukan pengembangan kurikulum
pendidikan yang sesuai dengan MEA. Pendidikan sebagai pencetak sumber daya
manusia (SDM) berkualitas menjadi jawaban terhadap kebutuhan sumber daya
manusia. Oleh karena itu meningkatkan standar mutu sekolah menjadi keharusan
agar lulusannya siap menghadapi persaingan. Kegiatan sosialisasi pada
masyarakat juga harus ditingkatkan misalnya dengan Iklan Layanan Masyarakat
tentang MEA yang berusaha menambah kesiapan masyarakat menghadapinya.
Mendikbud Anies Baswedan mengatakan,
meningkatkan standar mutu pendidikan salah satunya dengan menguatkan aktor
pendidikan, yaitu kepala sekolah, guru, dan orang tua. Menurutnya, kepemimpinan
kepala sekolah menjadi kunci tumbuhnya ekosistem pendidikan yang baik. Guru
juga perlu dilatih dengan metode yang tepat, yaitu mengubah pola pikir guru.
Dalam bidang Perindustrian, Menteri
Perindustrian Saleh Husin juga memaparkan strategi Kementrian Perindustrian
menghadapi MEA yaitu dengan strategi ofensif dandefensif. Strategi ofensif yang
dimaksud meliputi penyiapan produk-produk unggulan. Dari pemetaan Kemenperin,
produk unggulan dimaksud adalah industri agro seperti kakao, karet, minyak
sawit, tekstil dan produk tekstil, alas kaki kulit, mebel, makanan dan minimum,
pupuk dan petrokimia, otomotif, mesin dan peralatan, serta produk logam, besi,
dan baja. Adapun strategi defensive dilakukan melalui penyusunan
Standar Nasional Indonesia untuk produk-produk
manufaktur.(www.kemenperin.go.id)
Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel punya
langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) 2019. Salah satunya adalah mencanangkan Nawa Cita Kementerian
Perdagangan, dengan menetapkan target ekspor sebesar tiga kali lipat selama
lima tahun ke depan. Cara tersebut bisa dilakukan dengan membangun 5.000 pasar,
pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta peningkatan penggunaan
produk dalam negeri. Adapun target ekspor pada 2015 dibidik sebesar US$192,5
miliar. Selanjutnya pemerintah juga menyiapkan strategi subsititusi impor untuk
meningkatkan ekspor, dan memberi nilai tambah produk dalam negeri. Pada saat
ini 65 persen ekspor produk Indonesia masih mengandalkan komoditas
mentah.Pemerintah berusaha membalik struktur ekspor ini yaitu dari komoditi primer
ke manufaktur, dengan komposisi 35 persen komoditas dan 65 persen manufaktur.
Oleh karena itu, industri manufaktur diharapkan tumbuh dan fokus pada
peningkatan kapasitas produksi, untuk meningkatkan ekspor sampai 2019.
Pemerintah juga mendekati industri yang
berpotensi menyumbang peningkatan ekspor, misalnya industri otomotif.
Diketahui, industri otomotif berencana mengekspor 50 ribu sepeda motor ke
Filipina. Kementerian Perdagangan juga mendorong sektor mebel untuk semakin
menggenjot ekspornya. Selain itu, sektor perikanan juga memberikan optimisme
terhadap peningkatan ekspor Indonesia.
Tak hanya itu, pemerintah juga akan
memperkuat produk UKM dengan membina melalui kemasan, sertifikasi halal,
pendaftaran merek, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Lalu,
mereka juga memfasilitasi pelaku UKM dalam pameran berskala internasional.
Melalui fasilitas itu, Kementerian Perdagangan berharap, produk serta merek
yang dibangun oleh pelaku UKM di Indonesia dapat dikenal secara global.
sumber : http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20545-masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-perekonomian-indonesia